Jumat, 30 Januari 2009

BAB 6 LOKASI DAN LAY OUT KANTOR

BAB 6
LOKASI DAN LAY OUT KANTOR

SUPENDI
06701020

1.Yang saya ketahui tentang pemilihan lokasi kantor adalah
Kantor yang terletak di daerah strategis akan mudah dikunjungi dan didatangi oleh klien/konsumen atau masyarakat penggunanya jasanya. Dalam menentukan lokasi kantor ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan. Quible (1996) menyatakan ada 3 faktor perlu dipertimbangkan menentukan lokasi kantor, antara lain: Faktor Keuangan, faktor Operasional, faktor Karyawan.
Sedangkan Terry (Dalam Gie, 2000) faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi kantor adalah: Corak gedung, fasilitas gedung, dekatnya kantor dengan perusahaan, biaya, Stabilitas penyewa, flexiblelitas ruangan, Penerangan dan ventilasi, Bebas dari kotoran dan suara gaduh
Sementara itu Prajudi (1982) dalam memilih lokasi kantor menyatakan faktor yang perlu diperhatikan antara lain faktor: Lingkungan tetangga, dekatnya dengan kantor bagian lain, harga atau sewa ruangan, dekatnya dengan pasar tenaga kerja, jalan keluar/masuk karyawan (lalu lintas antar pegawai), Keamanan.
Sedangkan Moekijat (1989) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi kantor sbb: Letak, kelayakan, pertimbangan keuangan, fisik.
Sementara itu Saphier (1987) menulis ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi kantor, yaitu:Kualitas gedung, Dekat dengan pusat industri/bisnis, citra Lingkungan. Selain itu Saphier menambahkan bahwa tujuan perusahaan, nilai aestetic, fasilitas dan biaya.menjadi faktor pendukung lainnya.



2.Seberapa pentingkah faktor keamanan dalam memilih kantor bila dihubungkan dengan kondisi Indonesia saat ini (2006)
Penentuan kantor di mana dan dijalan apa atau dipusat perkantoran mana sangatlah diperlukan. Seorang manejer kantor perlulah memahami bahwa lokasi kantor merupakan salah satu faktor yang penting bagi kelancaran kegiatan perusahaan/organisasi. Kantor yang terletak di daerah strategis akan mudah dikunjungi dan didatangi oleh klien/konsumen atau masyarakat penggunanya jasanya. Tetapi belum tentu tempat strategis tersebut memiliki gaktor keamanan yang tinggi. Factor keamanan merupakan factor utama dalam memilih lokasi kantor.

3.Bila saya diminta menentukan lokasi kantor, metode yang saya pakai adalah metode biaya karena dalam melakukan segala sesuatu kita pasti membutuhkan biaya. Metode biaya tersebut adalah dengan membandingkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan nantinya setelah gedung tersebut ditempati. Macam biaya yang akan dikeluarkan nantinya tergantung pada jenis usaha yang dilakukan. Biaya dapat dikelompokkan atas:
•Material cost (direct, indirect)
•Labor cost (direct, indirect)
•Overhead cost
Metode ini menggunakan peramalan biaya sebagai faktor penentunya. Kemudian masing-masing lokasi dan gedung kantor dibandingkan, kantor yang memiliki biaya paling kecil, disanalah organisasi/perusahaan berkantor.

4.Saya pernah melihat kantor yang landscape di polban khususnya jurusan administrasi niaga yaitu di ruangan kepala jurusan dan diruangan dosen-dosen. Menurut pendapat saya hal tersebut sangat bagus sekali karena
1.Para pegawai akan merasa nyaman dan betah berkerja
2.Stres dapat dikurangi.
3.Noisy jauh lebih berkurang.
4.Meningkatnya kenyamanan kerja
5.Penggunaan ruang yang lebih dari kantor tertutup
6.Biaya lebih kecil untuk partisi, pintu, pemanas, dekoarasi, pencahayaan dan pelayanan lain
7.Biaya pemeliharaan lebih kecil
8.Kemudahan pengawasan.
9.Komunikasi dan rangkaian kerja tetap terpelihara
10.Mesin-mesin dan peralatan dapat digunakan secara bersama-sama.
11.Flexible terhadap perubahan tata ruang
12.Bangkitnya partisipasi dan kebersamaan kerja, karena komunikasi lebih medah dilakukan.
13.Kinerja pegawai akan meningkat.

5.Hubungan faktor Cahaya, warna, suara dan udara dengan lay out terbuka adalah
Faktor-faktor tersebut merupakan sebahagian dari penentu ergonomic tidaknya suatu kantor.
BAB 5
MENGELOLA STAFF

SUPENDI
06701020

1. Untuk memotivasi pegawai teori yang saya pakai adalah
teori Maslow’s Hierarchy of Needs karena teori tersebut mendasarkan pendekatan atas factor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berprilaku tertentu. Selain itu, teori ini juga memusatkan perhatian pada factor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan prilakunya dan factor itu adalah kebutuhan. Jadi seorang pegawai dapat termotivasi di dalam bekerja jika kebutuhan yang dia inginkan tercapai. Kebutuhan yang lebih tinggi baru akan muncul jika kebutuhan yang dibawahnya telah terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain, psikological need, safety and security needs, belongingness needs, esteem needs, self actualization needs.

2. Hubungan teori motivasi dengan godaan seksual adalah
Jika disuatu perusahaan memiliki masalah mengenai godaan seksual terhadap pegawainya maka bisa dipastikan motivasi pegawai tersebut untuk bekerja di perusahaan tersebut menjadi hilang karena godaan seksual yang dialaminya.
Cara mengatasinya harus adanya kebijakan ataupun peraturan dari perusahaan untuk memecat orang-orang yang melakukan tindakan tersebut.

3. Yang harus dilakukan untuk mengurangi nepotisme adalah
Dibuatkannya suatu peraturan ataupun kebijakan dari manager SDM bagaimana tata cara penerimaan karyawan baru ataupun mengenai promosi jabatan, sehingga dengan adanya suatu peraturan maka kecenderungan seseorang dalam suatu perusahaan untuk melakukan nepotisme akan berkurang.

4. Di tempat kuliah saya nepotisme itu sendiri masih ada karena masih membudayanya sifat toleransi sesame orang dekat, sehingga masih adanya keiinginan untuk memberikan pekerjaan kepada sanak saudara, teman, tetangga dan lain sebagainya.

5. Cara mengendalikan pegawai yang suka merokok adalah
Dengan cara memberikan pelatihan kepada para pegawai mengenai dampak yang ditimbulkan akibat dari merokok dan jika ada diantara pegawai tersebut beralasan bahwa dengan rokoklah dia bisa semangat dalam melakukan pekerjaan maka perusahaan dapat menyediakan suatu ruangan bagi para perokok aktif tersebut sehingga karyawan yang tidak merokok (perokok pasif) tidak terkena dampaknya.

6. Program pengembangan yang akan saya lakukan jika pegawai kantor saya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik adalah dengan memberikan pengembangan dengan berbagai cara sebagai berikut: pegawai diberi kesempatan untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang berkembang, member kesempatan kepada karyawan untuk membuat kebijakan sendiri, menyediakan akses informasi yang cukup, mendelegasikan tugas yang penting kepada karyawan, menggali ide dan saran dari karyawan, memandang karyawan sebagai partner yang strategis, melibatkan karyawan dalam penentuan standard an ukuran, menetapkan kebijakan open door communication. Serangkaian cara diatas dapat dilakukan secara bertahap supaya dapat mencapai hasil yang optimal, dan dapat membangun kesadaran anggota organisasi akan pentingnya proses pemberdayaan sehingga perlu adanya komitmen dari anggota terhadap organisasi


PENGUKURAN DAN PENYEDERHANAAN ARUS KERJA DI KANTOR

PENGUKURAN DAN PENYEDERHANAAN ARUS KERJA DI KANTOR


1. Berikan contoh real cara mengukur salah satu pegawai kantor, seperti : Sekretaris atau Receptionis ?
Cara mengukur kinerja sekretaris/receptionist dengan menggunakan catatan waktu, misalnya seberapa cepat dan tanggap ia dalam menerima/menangani tamu, mengangkat dan menangani telepon, membuat janji dengan klien dsb.

2. Berikan contoh dan metode yang anda gunakan dalam menyederhanakan arus kerja?
Langkah 1 : Ambil Data
Surveylah secara menyeluruh tentang sistem kerja yang ada, termasuk sub-sub sistem pendukungnya, siapa yang terkait, arus kerja seperti apa,…Catatlah semua fakta yang ada.
Langkah 2 : Analisa
Analisalah data dan fakta yang ada, bila mengkin gunakan symbol-simbol yang ada pada flow chart, gunakan juga metode-metode lain seperti : Diagram pohon, organization da method, data flow diagram, dsb, sehingga diketahui akar permasalahan.
Langkah 3 : Tentuka Metode
Tentukanlah metode yang tepat, alat dan mesin yang digunakan, prosedur baru yang akan diterapkan dan form-form baru (bila memeng berubah agar sesuai dengan metode baru) dsb.
Langkah 4 : Implementasikan
Sosialisasikan cara baru tersebut dan terapkan secara perlahan-lahan tahap demi tahap, sehingga dapat diterima oleh semua pihak.
Langkah 5 : Evaluasi
Secara periodic lakukan evaluasi terhadap metode baru tersebut bersama-sama dengan tim dan sesuaikan dengan kondisi yang ada tanpa merubah tujuan penyederhanaan arus kerja.

3. Dapatkah anda memberi alasan pembagian kerja mana yang paling banyak dipakai di perusahaan? Kenapa?
Pola pembagian kerja gabungan, karena pada pola gabungan ini para karyawan tidak bergantung sepenuhnya pada kinerja karyawan sehingga setiap departemen dapat menyesuaikan pola pembagian kerja sesuai dengan yang dibutuhkan.

4. Ada berapa cara untuk mengatasi fluktuasi pegawaian, terangkan dan beri contoh lainnya?
a. Mobile Unit (unit-unit bergerak)
Perusahaan membentuk dan mendata orang-orang yang sewaktu-waktu dapat membantu unit lainnya bila unit tersebut dalam periode tertentu memiliki beban kerja yang tinggi. Contohnya, apabila bagian produksi membutuhkan tenaga kerja dan kebetulan pada bagian marketing para karyawan tidak memiliki kerja yang terlalu berat. Kemudian sebagian para karyawan marketing membentuk mobile unit untuk membantu bagian produksi sampai permasalahannya terselesaikan, dan kemudian mobile unit membubarkan diri dan kembali ke bagian marketing.
b. Sentralisasi kegiatan kantor
Sentralisasi ini akan menciptakan spesialisasi pegawaian, efek dari spesialisasi timbulnya kecakapan dan kesepakatan pegawai berkerja. Contoh, bagian administrasi.
c. Cyling (penebaran menurut waktu)
Pegawai kantor disebar sesuai waktu, baik jam maupun hari. Contoh, pegawai PLN yang biasa menerima pembayaran listrik berdasarkan daerah.
d. Back Log
Sistem ini membagi pegawaian ke dalam criteria : urgent (penting), segera dan biasa. Contoh, Dokter UGD, Dokter Spesialis.
Lembur
Lembur adalah meminta pegawai untuk mengerjakan pegawai di luar jam normal. Contohnya, karyawan pabrik.
e. Partime
Cara ini cukup fleksibel, tetapi menambah biaya perusahaan untuk membayar tenaga kerja yang didatangkan dari luar perusahaan. Contohnya, mahasiswa partime di Restoran siap saji.
f. Seheduling
Adalah menjadwal kegiatan pegawai tentang penentuan waktu urutan pegawaian kapan dimulai dan kapan berakhir. Contohnya, pegawai pabrik yang dibagi ke dalam shift.

5. Diskusikan dengan teman anda usaha-usaha apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai kantor di kampus anda?
 Dukungan dari Direktur
Dalam memotivasi pegawai administrasi niaga agar daapt menigkatkan kinerjanya.
 Komintmen Pegawai
Komintmen pegawai administrasi dalam pekerjaannya, karena komitmen sangat berpengaruh bagi setiap pegawai.
 Tujuan/ sasaran Produktivitas
Pegawai harus mengetahui tujuan utama dari Direktur harus menjadi yang terdepan.
 Partisipasi Pegawai
Semua pegawai harus memberikan partisipasinya dlam pekerjaan yang dijalankan.


Selasa, 2009 Januari 27

DUPLIKASI




ANGGOTA KELOMPOK:
1. Ifnatiani (06701012)
2. Rikha Indriaswari (06701017)
3. Rini Atyarwardani (06701019)
4. Supendi (06701020)
5. Ummu Hani (06701025)
6. Widia Astuti (06701026)
7. Winda Utami R (06701027)

KARBON
I. Pengertian Kertas Karbon
Kertas karbon adalah kertas dengan lapisan tinta kering yang diikat dengan lilin di salah satu sisi. Digunakan untuk membuat salinan naskah hingga beberapa salinan sekaligus. Produsen kertas karbon dulunya merupakan konsumen montan wax terbesar.
II. Fungsi Kertas Karbon
Fungsi kertas karbon sudah digantikan oleh mesin fotokopi walaupun masih saja ada orang yang menggunakan kertas karbon sewaktu mengetik. Struk kasir biasanya menggunakan kertas salinan tanpa karbon (carbonless copy paper) yang bagian bawahnya tidak berwarna hitam tapi bisa menghasilkan salinan seperti kertas karbon. Kertas karbon juga masih banyak digunakan di bank, kantor pos dan berbagai jasa layanan publik.
III. Cara Menggunakan Kertas Karbon
Kertas karbon diletakkan di antara dua lembar kertas kosong atau lebih. Ketika kertas paling atas ditulisi dengan menggunakan mesin ketik atau alat tulis lainnya, kertas karbon yang berada di bawahnya juga ikut terkena tekanan dari pukulan logam dan alat tulis yang meninggalkan jejak-jejak huruf pada naskah asli. Tekanan pada kertas karbon memindahkan tinta kertas karbon ke kertas yang berada di bawahnya sehingga kertas yang berada di bawah kertas karbon menjadi salinan dari naskah asli.
Pukulan logam pada mesin ketik meninggalkan bekas pada sisi kertas karbon yang berlapis tinta setelah tinta pindah ke kertas yang ada di bawahnya. Akibatnya, isi naskah yang pernah disalin bisa diketahui dengan melihat bekas jejak-jejak huruf pada sisi kertas karbon yang berlapis tinta. Informasi yang bersifat rahasia biasanya dilindungi dengan cara menghancurkan kertas karbon dengan mesin penghancur kertas.

NEGATIF FILM
I. Pengertian Negatif Film

Film negatif atau klise, adalah sebutan untuk citra yang terbentuk pada film sesudah dipotretkan dan sesudah dikembangkan, di mana bagian yang terlihat gelap pada gambar, pada objek terlihat terang. Warna yang timbul berlawanan karena bagian terang dari objek memantulkan banyak cahaya ke film dan menghasilkan area gelap. (Syaifudin, Mahfud,2004: 4).
II. Jenis dan Gambar Negatif Film
Negatif Film Black and White
Klise hitam putih adalah reproduksi dari suatu model asli dalam bentuk hitam putih yang biasanya hanya berupa garis-garis datar dan/atau titik tanpa perbedaan nada.
(Syaifudin, Mahfud,2004: 4).

Negatif Film Color
Klise berwarna adalah klise raster yang mewujudkan model berwarna dalam warna-warnanya, untuk itu digunakan tiga atau empat klise yang nantinya dicetakkan bertumpukan dan dengan demikian memberikan hasil berwarna. (Syaifudin, Mahfud,2004: 12).

III.Proses Cuci Cetak Film
a.Proses Setelah selesai proses pemotretan, gulung kembali film ke dalam kaset. Usahakan ujung film tetap diluar kaset. Keluarkan film dari kamera. Kemudian siapkan peralatan untuk pencucian film. Tarik ujung film sedikit dan gunting.
2.Siapkan rol penggulung film pada tangki pengembang. Matikan lampu kamar gelap. Keluarkan film dari kasetnya. Ambil ujung film dan selipkan pada rol penggulung. Pastikan film terpasang pada posisi yang tepat.
3.Setelah film tergulung pada rol penggulung film, gunting ujung film sisi yang lain yang masih menempel pada kaset. Kemudian masukan rol penggulung kedalam tangki pengembang.
4.Tutup rapat tangki pengembang. Sekarang anda boleh menyalakan lampu kamar gelap.
5.Masukkan cairan developer yang sudah dibuat sebelumnya kedalam tangki pengembang.
6.Lakukan agitasi pada tangki pengembang selama ± 10 menit (tergantung dari kebaruan obat). Jika sudah selesai, tuangkan kembali cairan developer ke tangkinya.
7.Masukkan cairan stop bath atau air ke dalam tangki pengembang.
8.Lakukan agitasi ± 2 menit. Setelah selesai tuangkan stop bath ke tangkinya. Bila menggunakan air, buang air dari tangki pengembang.
9.Masukkan cairan fixer yang sudah dibuat sebelumnya ke dalam tangki pengembang.
10.Lakukan agitasi pada tangki pengembang selama ± 5 menit (tergantung dari kebaruan obat). Jika sudah selesai, tuangkan kembali cairan fixer ke tangkinya.
11.Buka tutup tangki pengembang dan cuci dengan air mengalir hingga bersih.
12.Keringkan film yang sudah dicuci bersih dari cairan kimia dengan menjemurnya pada suhu ruangan atau mengusapnya dengan kertas tisu atau spons yang lembut hingga bersih dari air yang tertinggal. Setelah kering, lakukan filming. Negatif film siap untuk dicetak. (Darmawan, Ferry, 2000:68)
1. PENGERTIAN MANAJEMEN KANTOR

Sebelum membahasa manajemen kantor ada baiknya mengetahui pengertian kantor. J.C. Denyer (1973) mengartikan kantor /‘the office”. It is any room where clerical work is normally carried on, whatever name it may be given (Tempat dimana biasanya pekerjaan kantor dilakukan dengan nama apapun juga diberikan kepada tempat itu). Sedangkan Atmosudirdjo menyebutkan Kantor adalah unit organisasi yang terdiri atas tempat, staf personil dan operasi ketatausahaan, guna membantu pimpinan. Dari pendapat tersebut maka Kantor dapat diartikan secara etimologis maupun secara praktis.
Secara etimoligis kantor berasal dari Belanda: “kantoor”, yang maknanya: ruang tempat bekerja, tempat kedudukan pimpinan, jawatan instansi dan sebagainya. Dalam bahasa Inggeris “office” memiliki makna yaitu: tempat memberikan pelayanan (service), posisi, atau ruang tempat kerja. Sedangkan secara praktis kantor merupakan tempat orang-orang melakukan kegiatan/aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan berbagai keterangan pada yang membutuhkannya. Akan tetapi dengan perkembangan yang pesat pada bidang teknologi dewasa ini, kantorpun berkembang, ia bukan sekedar tempat, melainkan sebagai sarana kegiatan penyediaan informasi, guna menunjang kemudahan pelaksanaan tugas disegala bidang. Jadi kantor saat ini merupakan pusat pelayanan dan pusat informasi dari kegiatan perusahaan dan organisasi.

Sedangkan manajemen kantor didefinisikan dari penggabungan manajemen dan kantor. Ada berbagai definisi atau batasan yang diberikan oleh para ahli tentang manajemen kantor, beberapa diantaranya:

1. Office management is the directing and controlling of an office in order to achieve its specified purpose in the most economical way “Manajemen perkantoran adalah pengarahan dan pengawasan sebuah kantor untuk mencapai tujuannya yang khusus dengan cara yang sehemat-hematnya” (J.C. Denyer, 1973)
2. Office management can thus be defined as the organization of an office to achieve a specified purpose and to make the best use of the personal by uing the most appropriate machines and equipment, the best possible methods, and by providing the most suitable envoronment “Manajemen kantor dapat dirumuskan sebagai pengorganisasian suatu kantor untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan untuk memanfaatkan pegawai dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan mesin-mesin dan perlengkapan yang paling cocok, metode-metode yang paling baik dan dengan memberikan lingkungan yang sesuai (J.C. Denyer, 1973)
3. Office management can be defined as the planning, controlling, organizing of fice work and actuating those performing it so as to achieve the determined objectives “Manajemen kantor dapat dirumuskan sebagai perencanaan pengawasan, pengorganisasian pekerjaan kantor serta menggerakkan mereka yang melaksanakan pekerjaan kantor tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu” (GR Terry, 1974).
4. The term office management will be used in such a broad sense in this book; it will be considered to encompass the management of office work wherever and by whom ever performed. “Istilah manajemen perkantoran akan dipergunakan dalam arti luas demikian dalam buku ini; manajemen perkantoran akan dianggap meliputi manajemen daripada pekerjaan kantor dimanapun dan oleh siapapun dilakukan.” (Littlefield dan Peterson, )
5. Manajemen Perkantoran berkenaan dengan pengarahan dan pengawasan pekerjaan perkantoran (Edwin Robinson. 1953).
6. Manajemen kantor adalah seni membimbing personel katnor dalam menggunakan sarana yang sesuai dengan lingkungan demi mencapai tujuannya yang sudah ditentukan (Mills, 1990).

Inti yang dapat diperoleh adalah bahwa manajemen perkantoran merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen pada kantor, yakni perencanaan, pengorganisasin, penggerakan dan pengawasan kantor agar tujuan kantor tersebut dapat tercapai, dimana tujuan kantor adalah pemberian pelayanan informasi pada pihak-pihak yang memerlukan, yaitu: pimpinan, para karyawan, konsumen dan masyarakat. Oleh karena itu akan sangat aneh bila kita mendatangi sebuah kantor, ketika ditanya dimana kami bisa memperoleh informasi ini? Dengan santai sang petugas menjawab “tidak tahu ya”. Petugas yang demikian tentunya dapat kita kategorikan pada orang yang tidak memahami fungsi dari kantor.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Kantor adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengelola, merencanakan, dan mengontrol setiap aktivitas kantor, dimana hasil akhir kegiatan kantor ini berujud pelayanan informasi pada berbagai pihak. Sedangkan beberapa bentuk kegiatan/pekerjaan kantor antara lain: kegiatan catat mencatat, komunikasi, pengumpulan dan penyimpanan informasi(arsip), pelayanan tamu, pelayanan rapat dan lain sebagainya.
Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah secara filosofis suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan adalah
merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Seirama dengan derap langkah pembangunan negara ini kita akan memajukan
industri yang maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi. Proses
industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan
modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawatpesawat,
instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya mungkin makin meningkat.
Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong
peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja yang
merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan
ditingkatkan, mengingat keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar :
? Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya.
? Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.
? Proses produksi berjalan lancar.
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk
kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh
karena itu setiap usaha kesehatan dan keselamatan kerja tidak lain adalah usaha
pencegahan dan penanggulangan dan kecelakaan di tempat kerja.
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk
mengenal dan menemukan sebab-sebabnya, bukan gejala-gejalanya untuk kemudian
sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminirnya. Untuk itu semua pihak yang
terlibat dalam usaha berproduksi khususnya para pengusaha dan tenaga kerja
diharapkan dapat mengerti dan memahami serta menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di tempat masing-masing.
Modul ini disusun sebagai materi pengantar K3 ( Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) agar peserta diklat mempunyai kompetensi tentang pengetahuan K3 dan
penerapannya di industri.
Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2
A. PRASYARAT
Untuk memudahkan peserta diklat memahami unit modul ini, maka sebaiknya
telah memahami terlebih dahulu :
1. Isi Undang-Undang No. 14 tahun 1969. Tentang Ketentuan Pokok Mengenai
Ketenagakerjaan.
2. Isi Undang-Undang No. 1. tahun 1970. Tentang Keselamatan Kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per. 04/Men/1980 tentang
syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
B. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Modul ini merupakan modul untuk mencapai Kompetensi Umum menyangkut
Kegiatan Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Dalam Bekerja, terdiri dari beberapa
Kegiatan Belajar yang secara total memerlukan 6 Jam untuk kegiatan/kerja fisik
a. Petunjuk Bagi Peserta Diklat
1. Modul ini disusun sebanyak 2 unit pembelajaran yang saling berkaitan. Peserta
diklat diwajibkan mampu menguasai masing – masing unit pembelajaran tersebut
secara mandiri.
2. Unit pembelajaran 1 tentang Higiene dan Sanitasi Perusahaan.
3. Unit pembelajaran 2 tentang Keselamatan Kerja (K3)
4. Setelah mampu menguasai modul ini, peserta diklat dapat mengajukan rencana pre
konsultasi kepada instruktur ( assesor internal ) dalam rangka sertifikasi.
5. Rundingkan dengan instruktur waktu pelaksanaan penilaian keterampilan, sampai
peserta diklat mendapat pengakuan kompenten terhadap sanitasi, higien dan
keselamatan kerja.
b. Petunjuk Bagi Instruktur
Mewajibkan instruktur mempersiapkan atau mengusahakan ketersediaan bahan
baku dan bahan tambahan maupun peralatan yang diperlukan. Membagi kelompok
kerja untuk para peserta diklat sehingga memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan
sebelum melakukan sanitasi, higien dan keselamatan kerja secara mandiri.
1. Lakukan kunjungan (exursi) dengan peserta diklat ke industri untuk
mendapat wawasan tentang menjaga higienis bahan pangan, kesehatan dan
keselamatan kerja
Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja 3
2. Demonstrasikan tentang implementasi kegiatan sanitasi, higien dan
keselamatan kerja pada setiap proses produksi. Instruktur seyogyanya
kompeten. Datangkan instruktur tamu dari industri tentang sanitasi, higien
dan keselamatan kerja setempat apabila mengalami kesulitan
3. Instruktur merencanakan proses penilaian meliputi kegiatan merencanakan
penilaian, mempersiapkan peserta, menyelenggarakan penilaian dan
meninjau ulang penilaian.
Tahap Rencana Penilaian
instruktur perlu mengidentifikasi konteks dan tujuan bagi penilaian,
mengidentifikasi bukti apa yang diperlukan, memilih metoda dan mengembangkan
alat-alat penilaian, membangun sebuah prosedur pengumpulan bukti dan
mengorganisir penilaian.
a. Tahap mempersiapkan peserta: identifikasi dan jelaskan tujuan penilaian,
membahas unit yang sedang dinilai dan memastikan bahwa peserta diklat
mengerti, membahas kebijakan apa saja yang relevan untuk memastikan
peserta mengerti implikasinya, mengidentifikasi kesempatan mengumpulkan
bukti, memastikan peserta diklat mengerti tentang kriteria unjuk kerja.
b. Tahap menyelenggarakan penilaian: instruktur perlu mengumpulkan bukti,
membuat keputusan penilaian, mencatat hasil dan memberikan umpan balik
penilaian kepada peserta.
c. Tahap meninjau ulang penilaian : instruktur perlu meninjau ulang metode
dan prosedur dengan orang yang relevan termasuk peserta diklat,
mengusulkan perubahan sesuai dengan prosedur.
Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja 4
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini peserta diklat mampu :
A. Aspek Pengetahuan
? Dapat menyebutkan batasan dari sanitasi, higien dan keselamatan kerja.
? Dapat menyebutkan ruang lingkup sanitasi, higien dan keselamatan kerja.
? Dapat menyebutkan dampak bagi perusahaan dan lingkungan pentingnya
sanitasi, higien dan keselamatan kerja.
B. Aspek Sikap
? Melakukan sanitasi, higien dan keselamatan kerja pada diri sendiri dan
lingkungannya.
? Peduli terhadap sanitasi, higien dan keselamatan kerja
? Melaksanakan sanitasi, higien dan keselamatan kerja dengan benar
? Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
C. Aspek Keterampilan
? Disiplin, tanggap dan cekatan dalam tugas
? Memakai dan menggunakan peralatan sanitasi, higienis dan keselamatan
kerja dengan benar
? Mengoperasikan peralatan sanitasi, higien dan keselamatan kerja.
? Merawat peralatan fasilitas sanitasi higiene dan keselamatan kerja.
? Mengganti dan memasang peralatan dan fasilitas sanitasi, higien dan
keselamatan kerja dengan benar.
Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja 5
D. STANDAR KOMPETENSI :
MENGIKUTI PROSEDUR MENJAGA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Kode Unit :
AGIGENOHS1A
Judul Unit :
Mengikuti Prosedur Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Uraian Unit :
Unit ini merupakan unit umum mencakup keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk mengikuti prinsip dan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja
yang berlaku. Berkaitan dengan tanggung jawab kerja yang menyangkut proses kerja
rutin pengoperasian secara manual maupun masinal (semi otomatis) berbagai
peralatan. Unit ini berdasarkan/sejalan dengan praturan/perundangan tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang berlaku.
Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1. Mengidentifikasi,
mengendalikan dan
melaporkan tentang K3
1.1. Tempat kerja secara rutin diperiksa untuk
mencegah adanya bahaya sebelum dan selama
pekerjaan
1.2. Bahaya ataupun unjuk kerja yang tidak dikenali
sesuai dengan tanggung jawab kerja
diidentifikasikan dan dikoreksi.
1.3. Bahaya OHS maupun kejadian – kejadian tertentu
dilaporkan kepada petugas sesuai dengan aturan
di tempat kerja
2. Melakukan pekerjaan
dengan aman
2.1. Pakaian pelindung pribadi dipilih dan digunakan
2.2. Peralatan pengaman pribadi digunakan
2.3. Prosedur terkait untuk pengendalian resiko selama
menyelesaikan pekerjaan diperiksa.
3. Mengikuti prosedur
keadaan darurat
3.1 Keadaan darurat dikenali dan dilaporkan menurut
sistem pelaporan di tempat kerja
3.2 Prosedur di tempat kerja yang berhubungan
dengan kecelakaan, api serta keadaan darurat
sesuai dengan tanggung jawab diikuti
Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja 6
Persyaratan Unjuk Kerja
1. Konteks Unit Kompetensi
Unit ini berlaku untuk kerja yang dilakukan sehubungan dengan prosedur,
peraturan dan persyaratan pemberian lisensi, hukum, industrial dan perjanjian
ataupun kesepakatan perusahaan. Prosedur perusahaan mencakup SOP terkait,
prosedur bahaya yang mungkin timbul, cara konsultasi, pengaduan, partisipasi,
tanggapan atas sesuatu yang menyangkut K3 di perusahaan itu, termasuk bahaya yang
datang walaupun dianggap kurang substansial dan kewajiban perawatan menurut
perundangan peraturan K3 yang berlaku. Informasi tempat kerja dapat mencakup juga
Standar Prosedur Operasional atau SOP, spesifikasi, jadwal produksi, tabel dan tata
tertib, K3, tanda/simbol/gambar menyangkut keselamatan, pesan, permintaan
ataupun instruksi lisan atau tertulis, tentang fungsi kerja, kebijakan perusahaan, tata
kerja, hak dan kewajiban, jabatan dll.
2. Kebijakan/Prosedur Tersedia
Kebijakan dan/atau prosedur yang berkaitan dengan unit ini antara lain
meliputi :
? KKB (Kesepakatan Kerja Bersama)
? Perundangan/peraturan K3
? SOP
? Tata tertib kerja, laporan usulan/saran, pengaduan, dll yang relevan.
3. Peralatan dan Fasilitas Yang Diperlukan
Pelaksanaan kegiatan ini memerlukan perlengkapan/peralatan yang memadai,
seperti :
? Peralatan/fasilitas pemadam kebakaran, obat – obatan dan PPPK.
? Tanda /label menyangkut bahan berbahaya seperti mudah terbakar, beracun,
mudah meledak, dll.
? Panduan jika terjadi kecelakaan, kebakaran, dsb.
Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja 7
Acuan Penilaian
1. Prosedur penilaian
? Penilaian dilakukan beberapa kali, menggunakan standar penilaian tertentu atau
yang berlaku, terhadap beberapa aspek mencakup pemahaman teoritis,
keterampilan melakukan jenis dan urutan kerja yang benar, hasil pengamatan/hasil
kerja, laporan dan beberapa aspek terkait lainnya. Termasuk juga penilaian atas
aspek sikap yang mencakup kedisiplinan, kehati – hatian, kecermatan, ketaatan
tanggung jawab dan inisiatif.
2. Persyaratan Awal atau kaitan dengan Unit Kompetensi lain.
Persyaratan awal yang diperlukan sebelum menguasai unit mencakup
pemahaman dan keterampilan dasar seperti hitungan dasar (aritmatika), kimia
(beberapa zat atau bahan mudah meledak dan beracun), tentang lingkup kerja
kegiatan di perusahaan, serta tidak tuli dan buta warna.
3. Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Penunjang
Kemampuan :
a. Mengakses dan menerapkan informasi berdasarkan kebijakan kesehatan dan
keselamatan serta prosedur lain yang terkait.
b. Menggunakan pakaian dan peralatan pelindung yang sesuai
c. Secara teratur memeriksa adanya bahaya kesehatan dan keselamatan di
tempat kerja, termasuk identifikasi dari penanganan barang yang berbahaya.
d. Mengenali dan melaporkan adanya bahaya menurut prosedur di tempat kerja,
meliputi prosedur pemeriksaan tempat kerja dan melaporkannya kepada pihak
yang berwenang sesuai dengan cara yang berlaku dan pada waktu yang tepat.
e. Mengikuti prosedur cara kerja yang aman, misalnya merujuk prosedur
pengendalian resiko bahaya.
f. Menjaga standar pemeliharaan tempat kerja.
g. Mengikuti prosedur keadaan darurat termasuk jika harus ada evakuasi
h. Menangani barang – barang berbahaya berdasar prosedur keamanan kerja.
i. Menggunakan peralatan gawat darurat
Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja 8
Pengetahuan :
a. Pentingnya OHS terhadap diri sendiri dan orang lain
b. Peran, hak dan tanggung jawab pemberi kerja dan diri sendiri
c. Lokasi dan tata ruang , mencakup pula lokasi pintu darurat
d. Penandaan, lambang, isyarat dan pelabel yang berkenaan dengan K3
e. Personil K3 dan pengaturan kewajiban para manajer dan wakil, dan pegawai K3
f. Penempatan dan tujuan penggunaan peralatan perlindungan pribadi dan
peralatan keadaan darurat di dalam area pekerjaan. Ini meliputi fasilitas dan
personil P3K.
g. Persyaratan penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan pakaian pelindung
dan peralatan pribadi yang digunakan
h. Lokasi/sumber peringatan adanya bahaya, meliputi kesadaran tentang K3,
penanganan bahan kimia dan pemahaman personil di tempat kerja
i. Bahaya seperti resiko yang berhubungan dengan pekerjaan dan area pekerjaan
yang mencakup manual penanganan bahan – bahan beresiko
j. Kunci pengendalian resiko yang relevan terhadap tempat kerja, meliputi
penggunaan/penanganan secara manual, penanganan bahan kimia, dll. Jika
peralatan dioperasikan juga meliputi suatu kesadaran tentang alat penghntian,
keadaan darurat dan penjagaan keamanan.
k. Praktik kerja secara aman, meliputi manual penanganan secara aman dan
penanganan bahan kimia sebagaimana dianjurkan
l. Prosedur untuk mengeluarkan suatu peringatan tentang bahaya, tanggung
jawab, jawab laporan, penempatan dan penggunaan alarm keselamatan,
sistem, personil dan prosedur keadaan gawat darurat
m. Persyaratan penanganan dan penyimpanan barang berbahaya yang digunakan di
dalam area pekerjaan dan prosedur penggunaan peralatan pengendalian barang
berbahaya
4. Aspek Kritis Penilaian
Aspek kritis yang penting terutama adalah kompetensi atau hasil pelatihan yang
matang menyangkut pengetahuan K3, bahan beresiko dan peralatannya, selain juga
diperlukan sikap disiplin, cermat, hati – hati, waspada, tanggap, cekatan, dan
bertanggung jawab.